“Universitas Negeri Surabaya”
Apa yang ada di pikiran anda semua ketika mendengar nama LPTK yang ada di Provinsi Jawa Timur tepatnya di kota Pahlawan itu?
Yah, tentu beragam jawaban yang bisa dihasilkan. Namun tidak menutup kemungkinan salah satu jawabannya adalah ‘sebuah kampus yang mencetak banyak guru dan dulunya bernama IKIP Surabaya’.
Sebuah jawaban yang singkat dan memang sangat mengena serta bisa menggambarkan perguruan tinggi tersebut. Namun sesungguhnya, jawaban itu masih kurang cukup untuk menjelaskan apa Unesa (Universitas Negeri Surabaya) yang sesungguhnya.
Dalam sebuah acara di televisi nasional yang ditayangkan pada tanggal 29 Desember 2014 kurang lebih pada pukul 18.00 WIB mengupas beberapa hal yang berkaitan dengan universitas pencetak guru ini dengan mendatangkan pejabat tinggi di perguruan tinggi tersebut. Yakni dengan mendatangkan narasumber Rektor Universitas Negeri Surabaya beserta dengan para pembantu-pembantu rektornya.
Rektor Universitas Negeri Surabaya
Acara ini nampaknya memang khusus untuk membahas salah satu LPTK yang ada di negeri ini. Hal ini dilakukan karena khusus untuk menyambut usia emas sebuah perguruan tinggi yang dulunya bernama IKIP Surabaya itu. Yah... Universitas Negeri Surabaya memiliki usia yang sudah setengah abad. Sebuah usia yang sangat matang dalam menjajaki sebuah kehidupan.
Stasiun televisi itu mengangkat sebuah tema yakni “Unesa di Tahun Emas Siap Hadapi MEA 2015”. Dengan mengangkat tema seperti itu, maka tentunya kajian yang ada di dalam acara itu menjabarkan tentang berbagai macam program kegiatan baik yang bersifat akademis maupun non akademis yang dirancang khusus untuk menghasilkan generasi bangsa yang siap dalam menjalani kehidupan dan membangun negeri, khususnya untuk menghadapi MEA 2015.
Prof. Dr. Warsono, MS., selaku Rektor Unesa memaparkan beberapa hal yang berkaitan erat dalam mempersiapkan generasi unggul untuk membangun negeri. Beberapa pemaparan yang beliau sajikan garis besarnya akan saya coba sajikan berikut.
Menanggapi pertanyaan masyarakat yang berkaitan dengan tingkat kefokusan Unesa. Yang mana menanyakan kefokusan Universitas Negeri Surabaya lebih menjurus ke bidang apa, sebab di dalamnya bukan hanya ada jurusan pendidikan saja. Kemudian bagaimana dengan sikap guru saat ini yang menyuruh siswanya berakhlak baik namun guru itu sendiri malah melakukan hal buruk di dalam lingkup pendidikan. Rektor Universitas Negeri Surabaya Prof. Dr. Warsono, MS. Pun menjelaskan bahwa Universitas Negeri Surabaya akan tetap berkomitmen dalam bidang pendidikan dan mencetak guru-guru bangsa yang luar biasa. Namun untuk menunjang kemampuan para mahasiswanya, maka perlu adanya prodi ataupun mata kuliah yang bersifat non kependidikan. Hal ini disebabkan karena untuk menjadi seorang guru tentu harus memiliki berbagai macam pengetahuan, bukan hanya mempelajari dalam bidang kependidikan saja. Disamping itu untuk menampung dan menjembatani kemampuan serta bakat mahasiswa yang kurang minat dalam dunia kependidikan, maka sudah tentu LPTK harus mengembangkan sayap dengan membuka jurusan-jurusan non kependidikan. Tentunya jurusan-jurusan yang dibuka memiliki urgensi di dalam kehidupan masyarakat nantinya.
Berkaitan dengan karakter seorang pendidik zaman sekarang, Rektor Unesa tersebut menjelaskan bahwasannya “sepintar apapun seseorang tetapi apabila akhlaknya buruk, maka orang itu akan NOL di mata masyarakat”. Sehingga di dalam menciptakan generasi bangsa yang berakhlak, Unesa memiliki cara-cara untuk membina dan menghabituasikan akhlak mahasiswanya. Hal ini sejalan dengan motto yang dipakai oleh Unesa yakni Growing with Character.
Beliau juga memaparkan bahwasannya seorang guru, yang dikenal dengan kepanjangan ‘digugu dan ditiru’, menjadi sebuah istilah yang relevan di dalam masyarakat. Sebab ketika kita menjadi seorang guru, maka tentunya kita harus konsisten dengan tugas yang diemban tanpa melihat ini dan itu. Sebab menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Menjadi seorang guru membutuhkan jiwa yang ikhlas, jiwa yang peduli, jiwa yang memiliki idealisme, sehingga dapat membangun bangsa menjadi lebih baik lagi. Dengan tidak mudahnya menjadi seorang guru, maka guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia. Untuk itu seorang guru mendapatkan tiga gaji. Yakni pertama gaji rupiah yang diterima dalam bentuk uang. Kedua gaji pahala yang mana membuka tabir kebodohan dan mengamalkan ilmu yang dimiliki adalah suatu ibadah. Ketiga adalah gaji do’a, dari kesabaran, keihlasan yang dia berikan kepada para siswanya hingga siswanya bisa menjadi orang yang sukses, maka tentunya akan banyak siswa-siswanya yang memberikan doa kepadanya.
Pembantu Rektor II Universitas Negeri Surabaya juga menjelaskan bahwasannya minat masyarakat terhadap profesi menjadi seorang guru saat ini sudah sangat meningkat. Hal ini dibuktikan dengan daya peminat masyarakat yang membuat Universitas Negeri Surabaya menduduki ranking kedua di provinsi Jawa Timur sebagai universitas dengan daya minat yang tinggi.
Dengan adanya peningkatan peminatan ini, tentunya membuat Universitas Negeri Surabaya harus dapat lebih berbenah menjadi lebih baik lagi. Hal ini pun tengah dilakukan bukan hanya dalam aspek akademis saja, namun juga dalam aspek non akademis. Yakni dengan adanya sistem eco campus yang bertepatan di kampus Universitas Negeri Surabaya daerah Lidah Wetan Surabaya. Hutan kampus atau hutan pendidikan itu tentunya memiliki banyak manfaat, selain menjadi eco campus, juga menjadi tempat reserfasi, serta menjadi hutan kota atau paru-paru kota nantinya.
Para petinggi Universitas Negeri Surabaya itupun menyebutkan bahwasannya untuk menghadapi MEA 2015 dibutuhkan 4 hal yang harus dipersiapkan. Empat hal tersebut ialah pertama, profesionalisme yang mana berkaitan dengan kemampuan akademik yang berhubungan dengan bidangnya. Kedua kemampuan berbahasa inggris. Hal ini dikarenakan bahasa Inggris adalah bahasa dunia sehingga jika kita ingin maju dan bersaing di dunia maka sudah seharusnya kita mampu dan menguasai bahasanya. Ketiga ialah menguasai teknologi. Kita sudah tahu bahwa saat ini dunia teknologi sudah semakin luar biasa pesat perkembangannya, maka tentunya kita harus mampu dan menguasai teknologi untuk menunjang kemajuan kehidupan nantinya. Yang terakhir ialah memiliki moralitas yang kuat. Seperti yang telah diungkapkan oleh Rektor Universitas Negeri Surabaya, bahwasannya memiliki otak yang pintar tanpa diimbangi dengan akhlak yang baik maka tentunya akan menjadi hal yang sia-sia dan tidaklah ada artinya.
Demikianlah pemaparan kilas tentang persiapan Unesa dalam melangkahkan kakinya pada usia setengah abad dalam membangun ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ untuk anak-anak bangsa.
Doa saya sebagai penulis, sekaligus sebagai alumnus universitas ini ialah semoga Unesa diusianya yang semakin matang ini dapat menjadi perguruan tinggi yang semakin JAYA !, dan menjadi sebuah perguruan tinggi yang amanah dalam mencetak generasi-generassi pengubah nasib bangsa dan negeri untuk menjadi lebih baik lagi (baik dalam hal otak maupun akhlak). Aamiin.